OPEN YOUR MIND. MUSIM hujan sudah memasuki kawasan Kota Banjarmasin. Hal ini mengisyaratkan pada kader juru pemantau jentik (jumantik) untuk lebih siaga memantau sarang jentik di wilayahnya. Ancaman penyakit demam berdarah bakal meningkat pada musim penghujan.
Apalagi Kota Banjarmasin tofografinya tergolong kawasan rawa-rawa. Genangan air yang jernih bakal jadi sarang favorit nyamuk penyebab demam berdarah maupun demam berdarah dengue (DBD). Menjadi kader Jumatik merupakan kenginan Maemumah (53) sendiri. Tiap bulan ,warga Jalan Pangeran Samudera RT 03 RW 01, Banjarmasin ini selalu giat mencari sumber jentik.
Setiap bulan, 100 tempat yang disinyalir banyak jentik terus dipantau. Apalagi bila banyak genangan air, kader jumantik akan datang dan memeriksa. Jika ada warga terkena DBD, maka kader jumantik yang pertama maju untuk memberantas jentik-jentik nyamuk. "Kalau ada, langsung kita laporkan. Kita survei rumahnya, dari Puskesmas, juga langsung dilakukan fogging," katanya.
Maemunah mengaku sudah empat bulan menjadi jumantik. Banyak suka duka yang didapat. Paling sering, jika warga tak membukakan pintu untuk memeriksa jentik. Para kader pun terpaksa beralih ke rumah lain. "Sering kalau mau meriksa dibilang kadada (tidak ada). Ya mau bagaimana lagi?" katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, dr Diah R Praswasti mengatakan, setiap kelurahan ada lima kader jumantik. Di Banjarmasin, total ada 260 kader Jumantik. Para kader ini, ditentukan oleh RT, lurah, dan Puskesmas setempat."Mereka yang terpilih adalah kader peduli dengan kesehatan lingkungan. Tak sembarangan orang bisa dipilih sebagai kader jumantik," kata Diah.
Pekerjaan seorang kader lebih bersifat sosial. Honornya tak seberapa, yakni cuma Rp 50 ribu per bulan, atau Rp 145 ribu per tiga bulan dipotong pajak. Ketika terpilih, akan diberikan pelatihan di Puskesmas. Seperti dirangkum dari metro banjar, calon kader Jumantik diajari cara memeriksa genangan air di luar atau di dalam rumah, menemukan larva di tempat penampungan air, mengajak pemilik rumah untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Kegiatannya, melakukan pemantauan jentik satu bulan sekali di 100 rumah di wilayahnya. Hasil survei diberikan kepada Puskesmas untuk dianalisa untuk tahu kemungkinan adanya penularan atau peningkatan kasus demam berdarah di wilayah tersebut. Ada pula pertemuan bulanan di Dinkes serta pemberian abate.
Kegiatan tersebut dilakukan rutin, termasuk ketika adanya peningkatan kasus DBD. Menurut Diah, dinkes, juga memberikan edaran setiap bulannya. Isinya agar terus menggiatkan para kader jumantik untuk berkeliling setiap bulan, sebagai langkah antisipasi.
Selain itu, harus ada dukungan masyarakat untuk memberantas jentik nyamuk dengan kegiatan 3M Plus, yakni menguras, menutup, dan menimbun. Menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan menimbun sampah. Harus pula disertai dengan perilaku hidup bersih dan sehat. "Masyarakat juga harus mendukung dengan melakukan 3M, agar tidak terjangkit DBD," katanya.
Sedangkan untuk plus ataus gerakan tambahannya yakni, memasang kelambu pada tempat tidur, memasang kasa dan memakai lotion antinyamuk atau semprot isektisida atau obat nyamuk.
Diah mengatakan, hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit demam berdarah. Seperti melakukan kebiasaan baik, makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang cukup. Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal. (*)
Apalagi Kota Banjarmasin tofografinya tergolong kawasan rawa-rawa. Genangan air yang jernih bakal jadi sarang favorit nyamuk penyebab demam berdarah maupun demam berdarah dengue (DBD). Menjadi kader Jumatik merupakan kenginan Maemumah (53) sendiri. Tiap bulan ,warga Jalan Pangeran Samudera RT 03 RW 01, Banjarmasin ini selalu giat mencari sumber jentik.
Setiap bulan, 100 tempat yang disinyalir banyak jentik terus dipantau. Apalagi bila banyak genangan air, kader jumantik akan datang dan memeriksa. Jika ada warga terkena DBD, maka kader jumantik yang pertama maju untuk memberantas jentik-jentik nyamuk. "Kalau ada, langsung kita laporkan. Kita survei rumahnya, dari Puskesmas, juga langsung dilakukan fogging," katanya.
Maemunah mengaku sudah empat bulan menjadi jumantik. Banyak suka duka yang didapat. Paling sering, jika warga tak membukakan pintu untuk memeriksa jentik. Para kader pun terpaksa beralih ke rumah lain. "Sering kalau mau meriksa dibilang kadada (tidak ada). Ya mau bagaimana lagi?" katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, dr Diah R Praswasti mengatakan, setiap kelurahan ada lima kader jumantik. Di Banjarmasin, total ada 260 kader Jumantik. Para kader ini, ditentukan oleh RT, lurah, dan Puskesmas setempat."Mereka yang terpilih adalah kader peduli dengan kesehatan lingkungan. Tak sembarangan orang bisa dipilih sebagai kader jumantik," kata Diah.
Pekerjaan seorang kader lebih bersifat sosial. Honornya tak seberapa, yakni cuma Rp 50 ribu per bulan, atau Rp 145 ribu per tiga bulan dipotong pajak. Ketika terpilih, akan diberikan pelatihan di Puskesmas. Seperti dirangkum dari metro banjar, calon kader Jumantik diajari cara memeriksa genangan air di luar atau di dalam rumah, menemukan larva di tempat penampungan air, mengajak pemilik rumah untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Kegiatannya, melakukan pemantauan jentik satu bulan sekali di 100 rumah di wilayahnya. Hasil survei diberikan kepada Puskesmas untuk dianalisa untuk tahu kemungkinan adanya penularan atau peningkatan kasus demam berdarah di wilayah tersebut. Ada pula pertemuan bulanan di Dinkes serta pemberian abate.
Kegiatan tersebut dilakukan rutin, termasuk ketika adanya peningkatan kasus DBD. Menurut Diah, dinkes, juga memberikan edaran setiap bulannya. Isinya agar terus menggiatkan para kader jumantik untuk berkeliling setiap bulan, sebagai langkah antisipasi.
Selain itu, harus ada dukungan masyarakat untuk memberantas jentik nyamuk dengan kegiatan 3M Plus, yakni menguras, menutup, dan menimbun. Menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan menimbun sampah. Harus pula disertai dengan perilaku hidup bersih dan sehat. "Masyarakat juga harus mendukung dengan melakukan 3M, agar tidak terjangkit DBD," katanya.
Sedangkan untuk plus ataus gerakan tambahannya yakni, memasang kelambu pada tempat tidur, memasang kasa dan memakai lotion antinyamuk atau semprot isektisida atau obat nyamuk.
Diah mengatakan, hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit demam berdarah. Seperti melakukan kebiasaan baik, makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang cukup. Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal. (*)
Waspada di Musim Hujan
BERDASARKAN data Dinkes Kota Banjarmasin, ada 52 orang menderita DBD hingga Oktober 2012. Terakhir, hanya satu pasien pada Oktober. Meskipun begitu, Diah mengharapkan warga harus tetap waspada. Memasuki musim penghujan, biasanya, penyakit DBD akan meningkat drastis. Hal ini terjadi setiap tahunnya. Oleh sebab itu, warga perlu waspada jika ada pasien yang benar-benar terserang demam berdarah.
Seseorang dinyatakan positif demam berdarah jika ada hasil tes laboratorium. Jika ada korban demam berdarah, warga sekitar diminta untuk segera melapor ke Puskesmas terdekat. Bisa juga langsung melaporkan ke kader Jumantik yang ada di wilayahnya.
Laporan akan ditindaklanjuti dengan pemantauan dari tim, terdiri atas kepala Puskesmas, perawat, dokter, kader jumantik, dan petugas fogging. Pertama, akan dipantau jentiknya. Bila ditemukan, maka lokasi terdapat jentik diberikan abate. Selanjutnya dilakukan pengasapan (fogging) dengan radius 200 meter. Satu minggu kemudian, kembali dilakukan fogging, radius 200 meter di sekitar rumah penderita DBD. "Kalau ada kasus DBD langsung laporkan ke RT, lurah, petugas jumantik, atau Puskesmas," ucap Dian.
Jika ada salah seorang penghuni rumah positif atau diduga menderita DBD, segera semprotlah seluruh bagian rumah dan halaman dengan obat semprot nyamuk di pagi, siang dan sore hari. Sekalipun penderita tersebut sudah dirawat di rumah sakit.
Segera hubungi Puskesmas terdekat untuk meminta fogging di rumah-rumah di lingkungan setempat, hingga jarak 200 meter dari fokus asal penderita demam berdarah. Pencegahan secara massal di lingkungan setempat bekerja sama antara RT, RW, kelurahan dan Puskesmas. Dilakukan dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN), Fogging, atau memutuskan mata rantai pembiakan Aedes aegypti dengan Abatisasi.
Namun cara membasmi DBD yang terbaik bukanlah dengan fogging karena ada zat kimia yang mudah terbawa angin dan terhirup oleh manusia. "Cara yang sederhana dan tak perlu banyak mengeluarkan uang, yakni dengan kegiatan 3M plus tadi," kata Diah beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan, nyamuk Aedes aegypti penyebab penyakit demam berdarah, termasuk jenis nyamuk elit karena bersarang di air yang jernih dan tidak mau bersarang di air kotor atau air comberan. (*)
BERDASARKAN data Dinkes Kota Banjarmasin, ada 52 orang menderita DBD hingga Oktober 2012. Terakhir, hanya satu pasien pada Oktober. Meskipun begitu, Diah mengharapkan warga harus tetap waspada. Memasuki musim penghujan, biasanya, penyakit DBD akan meningkat drastis. Hal ini terjadi setiap tahunnya. Oleh sebab itu, warga perlu waspada jika ada pasien yang benar-benar terserang demam berdarah.
Seseorang dinyatakan positif demam berdarah jika ada hasil tes laboratorium. Jika ada korban demam berdarah, warga sekitar diminta untuk segera melapor ke Puskesmas terdekat. Bisa juga langsung melaporkan ke kader Jumantik yang ada di wilayahnya.
Laporan akan ditindaklanjuti dengan pemantauan dari tim, terdiri atas kepala Puskesmas, perawat, dokter, kader jumantik, dan petugas fogging. Pertama, akan dipantau jentiknya. Bila ditemukan, maka lokasi terdapat jentik diberikan abate. Selanjutnya dilakukan pengasapan (fogging) dengan radius 200 meter. Satu minggu kemudian, kembali dilakukan fogging, radius 200 meter di sekitar rumah penderita DBD. "Kalau ada kasus DBD langsung laporkan ke RT, lurah, petugas jumantik, atau Puskesmas," ucap Dian.
Jika ada salah seorang penghuni rumah positif atau diduga menderita DBD, segera semprotlah seluruh bagian rumah dan halaman dengan obat semprot nyamuk di pagi, siang dan sore hari. Sekalipun penderita tersebut sudah dirawat di rumah sakit.
Segera hubungi Puskesmas terdekat untuk meminta fogging di rumah-rumah di lingkungan setempat, hingga jarak 200 meter dari fokus asal penderita demam berdarah. Pencegahan secara massal di lingkungan setempat bekerja sama antara RT, RW, kelurahan dan Puskesmas. Dilakukan dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN), Fogging, atau memutuskan mata rantai pembiakan Aedes aegypti dengan Abatisasi.
Namun cara membasmi DBD yang terbaik bukanlah dengan fogging karena ada zat kimia yang mudah terbawa angin dan terhirup oleh manusia. "Cara yang sederhana dan tak perlu banyak mengeluarkan uang, yakni dengan kegiatan 3M plus tadi," kata Diah beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan, nyamuk Aedes aegypti penyebab penyakit demam berdarah, termasuk jenis nyamuk elit karena bersarang di air yang jernih dan tidak mau bersarang di air kotor atau air comberan. (*)
Pengamat di Rumah Masing-masing
JUMANTIK adalah singkatan dari Juru Pemantau Jentik Nyamuk. Istilah ini digunakan untuk para petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan jentik nyamuk demam berdarah, Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Para Jumantik apabila selesai bertugas juga harus melakukan pelaporan ke kelurahan atau desa masing-masing secara rutin dan berkesinambungan. Pemantauan jentik dilakukan satu kali dalam seminggu (biasanya hari Jumat) pada pagi hari.
Jumantik yang bertugas di daerah-daerah ini, sebelumnya telah mendapatkan pelatihan dari dinas terkait. Mereka juga dalam tugasnya dilengkapi dengan tanda pengenal, dan perlengkapan berupa alat pemeriksa jentik seperti cidukan, senter, pipet, wadah-wadah plastik, dan alat tulis.
Tugas para Jumantik adalah memeriksa keberadaan jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan air di dalam dan di luar rumah, dan tempat-tempat yang dapat tergenang air. Apabila dijumpai jentik dan keadaannya tidak tertutup, maka petugas mencatatnya sambil memberikan penyuluhan agar dibersihkan dan ditutup rapat.
Untuk tempat-tempat air yang sulit dikuras dan dibersihkan seperti tangki air biasanya tidak diperiksa, tetapi diberikan bubuk larvasida atau pembunuh jentik, tiga bulan sekali.
Kedua, Memberikan peringatan kepada pemilik rumah agar tidak membiarkan banyak tumpukan pakaian atau banyak pakaian yang tergantung di dalam rumah. Ketiga, Mengecek kolam renang dan kolam ikan agar bebas dari jentik nyamuk. Keempat, Memeriksa rumah kosong atau tidak berpenghuni untuk melihat keberadaan jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan air yang ada.
Tugas Jumantik seharusnya tidak hanya dilakukan oleh petugas khusus, tetapi juga dilakukan oleh seluruh warga. Setiap warga wajib juga melakukan pengawasan atau pemantauan jentik di wilayahnya (self jumantik) dengan teknik dasar minimal 3M Plus.
Anggota keluarga di tiap rumah menjadi juru pemantau jentik di lingkungan rumah masing-masing menjadi langkah efektif. Langkah ini diyakini mampu mencegah dan memberantas penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD). (*)
Fakta Juru Pemantau Jentik (Jumantik):
- Peduli kesehatan lingkungan
- Dipilih oleh RT atau lurah
- Diberikan pelatihan oleh Puskemas
- Turun satu minggu sekali memantau jentik di 100 rumah di wilayahnya
- Membuat laporan pemantauan
- Rapat evaluasi di Dinkes setiap bulan
- Siaga bila ada penderita DBD
- Satu kelurahan lima kader jumantik
Pengertian Jumantik:
Singkatan dari juru pemantau jentik nyamuk. Istilah ini digunakan untuk para petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan jentik nyamuk demam berdarah, Aedes aegypti dan Aedes albopictus
Perlengkapan Jumantik:
- Tanda pengenal
- Alat pemeriksa jentik seperti cidukan, senter, pipet, wadah-wadah
plastik, dan alat tulis
Tugas Jumantik:
- Memeriksa keberadaan jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan air di dalam dan di luar rumah,
JUMANTIK adalah singkatan dari Juru Pemantau Jentik Nyamuk. Istilah ini digunakan untuk para petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan jentik nyamuk demam berdarah, Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Para Jumantik apabila selesai bertugas juga harus melakukan pelaporan ke kelurahan atau desa masing-masing secara rutin dan berkesinambungan. Pemantauan jentik dilakukan satu kali dalam seminggu (biasanya hari Jumat) pada pagi hari.
Jumantik yang bertugas di daerah-daerah ini, sebelumnya telah mendapatkan pelatihan dari dinas terkait. Mereka juga dalam tugasnya dilengkapi dengan tanda pengenal, dan perlengkapan berupa alat pemeriksa jentik seperti cidukan, senter, pipet, wadah-wadah plastik, dan alat tulis.
Tugas para Jumantik adalah memeriksa keberadaan jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan air di dalam dan di luar rumah, dan tempat-tempat yang dapat tergenang air. Apabila dijumpai jentik dan keadaannya tidak tertutup, maka petugas mencatatnya sambil memberikan penyuluhan agar dibersihkan dan ditutup rapat.
Untuk tempat-tempat air yang sulit dikuras dan dibersihkan seperti tangki air biasanya tidak diperiksa, tetapi diberikan bubuk larvasida atau pembunuh jentik, tiga bulan sekali.
Kedua, Memberikan peringatan kepada pemilik rumah agar tidak membiarkan banyak tumpukan pakaian atau banyak pakaian yang tergantung di dalam rumah. Ketiga, Mengecek kolam renang dan kolam ikan agar bebas dari jentik nyamuk. Keempat, Memeriksa rumah kosong atau tidak berpenghuni untuk melihat keberadaan jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan air yang ada.
Tugas Jumantik seharusnya tidak hanya dilakukan oleh petugas khusus, tetapi juga dilakukan oleh seluruh warga. Setiap warga wajib juga melakukan pengawasan atau pemantauan jentik di wilayahnya (self jumantik) dengan teknik dasar minimal 3M Plus.
Anggota keluarga di tiap rumah menjadi juru pemantau jentik di lingkungan rumah masing-masing menjadi langkah efektif. Langkah ini diyakini mampu mencegah dan memberantas penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD). (*)
Fakta Juru Pemantau Jentik (Jumantik):
- Peduli kesehatan lingkungan
- Dipilih oleh RT atau lurah
- Diberikan pelatihan oleh Puskemas
- Turun satu minggu sekali memantau jentik di 100 rumah di wilayahnya
- Membuat laporan pemantauan
- Rapat evaluasi di Dinkes setiap bulan
- Siaga bila ada penderita DBD
- Satu kelurahan lima kader jumantik
Pengertian Jumantik:
Singkatan dari juru pemantau jentik nyamuk. Istilah ini digunakan untuk para petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan jentik nyamuk demam berdarah, Aedes aegypti dan Aedes albopictus
Perlengkapan Jumantik:
- Tanda pengenal
- Alat pemeriksa jentik seperti cidukan, senter, pipet, wadah-wadah
plastik, dan alat tulis
Tugas Jumantik:
- Memeriksa keberadaan jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan air di dalam dan di luar rumah,
dan tempat-tempat yang dapat tergenang air.
- Apabila dijumpai jentik dan keadaannya tidak tertutup, maka petugas mencatatnya sambil memberikan
- Apabila dijumpai jentik dan keadaannya tidak tertutup, maka petugas mencatatnya sambil memberikan
penyuluhan agar dibersihkan dan ditutup rapat
- Tempat-tempat air yang sulit dikuras dan dibersihkan seperti tangki air biasanya tidak diperiksa, tetapi
- Tempat-tempat air yang sulit dikuras dan dibersihkan seperti tangki air biasanya tidak diperiksa, tetapi
diberikan bubuk larvasida atau pembunuh jentik, tiga bulan sekali
- Memberikan peringatan kepada pemilik rumah agar tidak membiarkan banyak tumpukan pakaian atau
- Memberikan peringatan kepada pemilik rumah agar tidak membiarkan banyak tumpukan pakaian atau
banyak pakaian yang tergantung di dalam rumah
--------------------------------------------------
Foto:
--------------------------------------------------
Foto:
Posts
{ 0 komentar... read them below or add one }
Post a Comment