Sampel tersebut dikirim ke sebuah laboratorium yang ada di Surabaya. Hasilnya menunjukkan siswa tersebut positif mengidap penyakit Difteri. Namun, setelah ditangani, siswa itu berhasil disembuhkan. Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin pun kemudian melakukan langkah antisipasi agar kasus difteri itu tak muncul lagi.
Memang tidak banyak ditemui penyakit ini di Banjarmasin. Namun alangkah baiknya masyarakat bisa mencegah atau mendeteksi penyakit ini sedini mungkin. Kepala Dinas Kesehatan Banjarmasin, Diah R Praswasti melalui Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), Supriani mengatakan, penyakit difteri ini disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteria.
Menurutnya, penyakit itu bisa menyerang siapa saja. Tanpa mengenal batasan usia juga. Seseorang yang mengidap penyakit difteri atau tidak, memang harus melalui pemeriksaan laboratorium terlebih dahulu. Meski demikian, menurut Supriani gejala-gejala difteri bisa diketahui oleh penderita maupun orang terdekatnya.
Biasanya bakteri Corynebacterium Diphteria rentan menyerang melalui pernafasan manusia. Adapun gejala klinis pengidap penyakit ini yakni adanya bintik-bintik putih di tenggorokan, kemudian penderita mengalami demam tinggi. Suhu tubuhnya bisa mencapai sekitar 38 derajat celcius.
"Jika bintik-bintik putih di sekitar tenggorokan itu dikoyak, maka akan mengeluarkan darah. Dan itu merupakan gejalanya," ujar Supriani.
Supriani menambahkan, pengidap penyakit ini akan merasakan sakit saat menelan makanan, kemudian sesak nafas, mual, disertai leher membengkak. Sedangkan penularan bisa terjadi dengan cara kontak langsung maupun melalui udara dan makanan, yang sudah terkontaminasi bakterinya.
Jika seseorang positif mengidap penyakit ini, maka penanganannya dilakukan secara khusus atau diisolasi. Agar tidak menular kepada orang lain. "Siswa yang positif mengidap penyakit difteri dari Sungai Lulut kemarin, juga kita isolasi di rumah sakit. Setelah dilakukan pengobatan, akhirnya dia negatif dari bakteri yang dapat membawa mematikan bagi penderitanya itu," katanya.
Mengenai pengobatannya, Supriani memaparkan bisa dilakukan dengan cara pemberian Anti Difteri Serum (ADS) dan juga antibiotik pilihan, seperti erythomicyn. Sebagai antisipasi, pemberian antibiotik haruslah ditujukan kepada tetangga penderita, dan juga lingkungan di sekolahnya. Pemberian antibiotik ini bahkan harus dilakukan selama beberapa hari secara terus menerus.
"Waktu siswa SD itu dinyatakan negatif, kemudian tetap memberikan antibiotik tujuh sampai 10 hari kepada warga di sekitar rumahnya dan orang-orang yang ada di sekolahnya. Tujuannya untuk mematikan bakterinya," terangnya.
Imunisasi Difteri (DT), menurut Supriani merupakan salah satu hal penting untuk mencegah terserang bakteri ini. Pasalnya, orang yang tidak melakukan imunisasi difteri akan lebih mudah terserang bakterinya. "Jangan anggap remeh imunisasinya. Mereka yang tidak melakukan imunisasi, lebih rentan terserang," jelasnya. (mtb)
PENYAKIT difteri memang tergolong jarang ditemui di Banjarmasin. Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, Diah R Praswasti. "Difteri sebelumnya pernah muncul pada 2007, dan sekarang muncul lagi tahun ini. Untungnya, setelah kita tangani, hasilnya kembali menjadi negatif," ujar Diah.
Efek paling parah dari penyakit ini menurut Diah adalah kematian. Penyebabnya, racun yang dikeluarkan terbawa aliran darah dan masuk jantung. Karena penularan umumnya melalui pernafasan, maka Diah mengimbau agar masyarakat menghindari kontak langsung dengan penderita. Selain itu, masyarakan juga harus menjaga kebersihan lingkungan, dan harus mengonsumsi makanan yang bersih dan sehat.
Dia mengimbau, bagi ibu yang memiliki anak balita, harus membawa ke puskesmas atau dokter untuk diberikan imunisasi difteri. "Untuk imunisasi DT dilakukan tiga kali, saat balita berusia dua, tiga dan empat bulan. Dan akan diulangi pada usia enam tahun," ujar Diah.
Ditambahkannya, pemberian imunisasi terbukti aman bagi anak balita dan perlindungan yang didapat jauh lebih besar ketimbang efek samping yg mungkin terjadi. (mtb)
Gejala Difteri:
- Pada bagian tenggorokan muncul bintik-bintik putih
- Susah menelan makanan
- Demam, suhu tubuh sekitar 38 derajat celcius
- Sesak nafas
- Leher membengkak
- Sakit kepala
- Menggigil
Penanganan:
- Pengidap harus diisolasi agar tidak menular
Pencegahan:
- Konsumsi obat antibiotik erythromicyn
- Imunisasi bagi balita
- Hindari kontak langsung dengan penderita
- Konsumsi makanan bersih dan sehat
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin
Open Your mind
{ 6 komentar... read them below or add one }
Informasi yang bermanfaat, semoga kita semua tidak tertular Difteri ini
Azis Grafis: amin...
nice post..
oya, saya dapet kabar hepatitis A menyerang Depok-Bogor-Bandung lho..
ada tips buat hepatitis ga nih??? request.. hehehe
salam,
Stylish Generation
Punya.Tia: Oke nanti aku cari2 dulu deh, spesial deh pake telor aku cariin, he3
Serem juga ya
Nice share infonya Sob !
Sukses selalu
Salam
Ejaswantah's Blog
Post a Comment