Posbindu merupakan suatu bentuk pelayanan yang melibatkan peran serta masyarakat. Peran tersebut melalui upaya promotif dan preventif untuk mendeteksi dan mengendalikan secara dini keberadaan factor risiko penyakit tidak menular (PTM).
PTM tertentu yang dikendalikan dalam pelayanan Posbindu adalah hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes, kanker, penyakit paru obstruktif kronis, osteoporosis, asam urat, asma, stroke, obesitas, batu ginjal dan lain-lain.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, drg Diah R Praswati, menjelaskan, Posbindu dibentuk dan dikelola oleh masyarakat. Jadi sifatnya bukan puskesmas, pustu maupun posyandu tapi berdiri sendiri, hanya saja tetap mendapat pengawasan dan pembinaan dari puskesmas dan dilindungi camat.
“Petugas Posbindu adalah warga setempat. Mereka dipilih sebagai kader yang dibina oleh tenaga kesehatan agar bisa melakukan deteksi dini ke masyarakat seputar PTM. Penanganan medis tetap dilakukan petugas kesehatan,” jelas Diah.
Saat ini sudah ada tujuh Posbindu PTM di Banjarmasin yang tersebar di lima kecamatan. Diharapkan, ke depan 52 kelurahan di Banjarmasin bisa menjadi kelurahan siaga aktif dan ada sarana pelayanan kesehatan paling mendasar yaitu Posbindu.
Sasaran Posbindu PTM adalah seluruh masyarakat baik laki-laki atau perempuan usia di atas 18 tahun yang memiliki atau tidak memiliki faktor risiko. Sedangkan manfaat Posbindu PTM adalah mawas diri, membudayakan gaya hidup sehat, mudah dijangkau, murah dilaksanakan dan metodologi serta bermakna secara klinis.
Sarah, warga Pelambuan, Banjarmasin, mengapresiasi positif rencana Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin yang akan membentuk Posbindu di setiap kelurahan. Apalagi tujuannya jelas, membantu masyarakat yang mengidap penyakit khususnya penyakit tidak menular.
“Kalau petugasnya dari masyarakat juga, itu lebih mudah bagi kami untuk mendapat pelayanan. Kami bisa berkonsultasi kapan pun,” ujar nenek 60 tahun yang memiliki tiga cucu ini.
Demikian pula Taufik, warga Kuin ini juga setuju jika Posbindu berdiri di setiap kelurahan. Menurutnya, PTM sesuai jenis penyakit yang dikategorikan tersebut memang banyak diderita masyarakat. Keberadaan Posbindu akan membantu masyarakat yang perlu berobat, terlebih bagi yang tidak punya biaya cukup jika harus ke dokter.
“Melalui pelatihan kader Posbindu, akan didapat pengetahuan tentang kesehatan dan dasar-dasar penanganannya. Semoga bisa pula disampaikan secara meluas ke warga sekitar, sehingga masyarakat bisa lebih mengerti tentang arti kesehatan,” selorohnya.
Taufik juga berharap kerjasama antara masyarakat dan pemerintah ini dapat terjalin berkesinambungan. Dukungan tidak hanya pengetahuan dan keterampilan tapi juga obat-obatan yang diperlukan untuk TPM dan birokrasi yang dipermudah. (*)
Ada Buku Putih Bagi Penderita
Mekanisme pembentukan Posbindu PTM , sudatu ada organisasi kelompok masyarakat yang aktif. Selanjutnya, puskesmas akan membina dengan memilih kader yang dapat dilatih sebagai ujung timbak pendeteksian TPM dan penanganan secara mendasar. Dalam hal ini puskesmas tetap mengawal dan mengawasi operasional Posbindu.
Deteksi dini faktor risiko PTM antara lain mengukur lingkar pinggang, tinggi badan tekanan darah, laboratorum (gula darah, kolesterol dan lainnya). Kader Posbindu mengamati dan memahami keadaan PTM kemudian menginformasikan ke puskemas.
Jika ditemukan PTM maka puskesmas akan turun menangani, karena puskesmas memiliki kewenangan menangani 155 penyakit, jika perlu penanganan lebih lanjut, akan dirujuk ke rumah sakit. Mekanismenya, setiap penderita ada buku putih yang memuat catatan kesehatannyal
Cukup pelayanan di puskemas maka akan ditangai hingga 5 bulan ke depan, selama itu diberi ada obat-obatan setiap bulan. Jika diperlukan, maka bulan keenam dirujuk ke rumah sakit, ditangani dokter spesialis, jika sudah stabil akan dikembalikan ke puskesmas/
Selain dibantu tenaga kesehatan, nantinya di Posbindu juga aka dilengkapi mekanisme penanganan kegawatdaruratan, sehingga untuk penanganan bisa lebih cepat sebelum kemudian dibawa ke puskesmas atau dirujuk ke rumah sakit. (*)
Sumber: Metro Banjar
Penyelenggaran Posbindu PTM
- Diselenggarakan oleh masyarakat
- Dilegitimasi kelurahan setempat
- Integrasi dengan desa / kelurahan sehat
- Bermitra dengan LPM, PKK, koperasi, klinik swasta, dewan masjid dan lainnya
- Difasilitasi oleh puskesmas dan dinas kesehatan, sektor dan unsur terkait
- Manajemen dan pembiayaan berdasarkan kesepakatan rembuk warga
- Jadwal diatur berdasarkan kesepakatan dengan memerhatikan anjuran jangka waktu monitoring yang bermanfaat secara klinis
- Pendaftaran, kegiatannya; pendataan sosiodemografi oleh kader
- Pemeriksaan biokimia, kegiatannya; pemeriksaan kolesterol, gula darah, asam urat oleh paramedis dan kader
- Pengukuran fisik, kegiatannya; pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, lingkar pinggul, tekanan darah, oleh kader dan paramedis
- Pencatatan pelaporan, kegiatannya; mencatat di kartu / buku monitoring identifikasi factor risiko
- Konseling rujuk kasus, kegiatannya; penyuluhan, dialog interaktif oleh dokter, paramedis dan konselor