Tetapi jika selisih suku bunga deposito dengan KPR antara 3% - 5% (misalnya bunga deposito 10% dan suku bunga KPR 14%), belilah dengan soft cash. Pembayaran soft cash bisa dengan cara mencicil bertahap atau bisa membayar DP besar dengan kredit KPR kecil.
Sementara itu, jika selisih bunga deposito dengan KPR kecil, yakni kurang dari 3% (misalnya bunga deposito 10% sementara suku bunga KPR 12%), belilah properti secara kredit dengan tenor selama mungkin (15 – 20 tahun).
Jika uang tidak mencukupi untuk membeli secara tunai, maka Anda mesti membeli dengan cara kredit. Kredit pun terbagi menjadi dua, yakni jangka pendek (short term) dan jangka panjang (long term). Jika selisih suku bunga dengan deposito tinggi (lebih dari 5%), lebih baik mencicil properti dengan short term atau di bawah lima tahun.
Tetapi jika selisih suku bunga deposito dengan KPR antara 3% - 5 %, belilah dengan mencicil dalam jangka waktu menengah (mid term), yakni antara 5 – 10 tahun. Sementara itu, jika selisih bunga deposito dengan suku bunga KPR kecil (kurang dari 3%), belilah properti secara kredit dengan tenor di atas 10 tahun.
Disarikan dari rumah.com, saat tren suku bunga meningkat, ambillah kredit properti dengan suku bunga tetap (fixed rate). Sebelum krisis finansial global di akhir 2008, dimana suku bunga KPR meroket hingga 18%, banyak sekali pembeli yang beruntung mendapat KPR dengan suku bunga fix sampai beberapa tahun ke depan.
Sebaliknya jika tren suku bunga menurun, sebaiknya pergunakan suku bunga mengambang atau floating rate. Pada saat krisis finansial global seperti tahun 2008, suku bunga KPR melambung hingga 15%, bahkan sebagian bank menawarkan bunga KPR 18%.
Jika tren suku bunga terlihat menurun, gunakan sistem floating. Dengan demikian, Anda bisa memperoleh suku bunga yang lebih rendah, setelah kondisi ekonomi membaik. (*)
Open Your Mind
{ 0 komentar... read them below or add one }
Post a Comment