Padahal, lanjutnya, ada beberapa tanda yang sebenarnya menunjukkan bahwa seseorang sedang terserang kanker rongga mulut. Pada awalnya tentu ada lesi (merujuk pada keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh) pre-kanker.
Misalnya, muncul bercak putih di rongga mulut (leukoplakia), bercak merah di rongga mulut (eritroplakia) dan luka bergaung (ulkus) atau yang biasa dikenali orang awam sebagai sariawan. Sariawannya memiliki ciri: bagian tepinya keras saat diraba, bentuknya lebih tinggi dari bagian mulus sekitarnya, bagian dasarnya berbintil-bintil dan mengelupas, serta kadang-kadang mudah berdarah.
"Karena tidak mengalami nyeri, sering kali pasien datang ke dokter pada stadium kanker yang sudah lanjut," ujar dokter lulusan Universitas Indonesia ini.
Karena itu, dia menyarankan jika mengalami tanda-tanda tersebut, sebaiknya pasien segera konsultasi ke dokter spesialis terkait. Bukan dokter umum. Sebab, kalau sekadar sariawan, sebenarnya bisa sembuh dalam kurun waktu 7-10 hari. Atau, bisa dengan pemberian obat, misalnya anti-peradangan.
Dokter ini juga menjelaskan, ada dua penyebab datangnya kanker rongga mulut: faktor lokal, luar, serta pasien sendiri. Faktor lokal itu meliputi kebersihan mulut. Ini berkaitan dengan frekuensi menyikat gigi dan perawatan gigi berlubang. Peradangan kronis dapat terjadi pada pasien dengan kebersihan mulut yang buruk.
"Peradangan kronis yang terjadi di rongga mulut merupakan faktor risiko berkembangnya kanker rongga mulut," tegasnya.
Untuk faktor luar, kata Kartika, faktor utamanya adalah kebiasaan merokok dan minum alkohol. Penelitian di Spanyol pada 2004, kutipnya, menyatakan bahwa perokok dan peminum alkohol memiliki risiko 50 kali lipat lebih tinggi untuk terjadinya kanker rongga mulut dibandingkan individu bukan perokok dan peminum alkohol.
Anggota Perhimpunan Ahli Ilmu Penyakit THT Indonesia ini menegaskan, tembakau yang terdapat dalam rokok mengandung sekitar 50 zat karsinogenik (zat yang merupakan penyebab kanker karena kemampuannya merusak metabolisme sel). Sedangkan alkohol berperan sebagai larutan yang dapat meningkatkan paparan mukosa terhadap zat karsinogenik. Ini menyebabkan masuknya zat penyebab kanker ke dalam mukosa rongga mulut.
"Zat dalam alkohol juga dapat menggangu metabolisme sel dalam tubuh, misalnya sel rongga mulut," katanya. Bahkan, paparan sinar ultraviolet yang berlebihan juga dapat menyebabkan kerusakan sel, sehingga memicu kanker.
Selain itu paparan sinar ultraviolet, faktor nutrisi juga merupakan faktor risiko terjadinya kanker rongga mulut. Paparan sinar ultra violet berlebihan dapat menyebabkan kerusakan sel yang memicu terjadinya kanker.
Dari faktor luar ada juga yang disebut dengan infkesi HPV (human papilloma virus). Infeksi ini tidak bergejala dan dapat ditularkan melalui hubungan seksual atau melalui jalan lahir ibu terhadap bayinya.
Individu yang terinfeksi HPV juga dapat sembuh sendiri tanpa menimbulkan gejala apapun. Human papilloma virus dapat menghasilkan protein yang dapat menggangu metabolisme sel normal, sehingga memicu terjadinya kanker. "Kanker rongga mulut yang berhubungan dengan infeksi HPV biasanya terjadi pada usia muda," ungkap Kartika.
Sedangkan faktor dari dalam diri pasien yang menjadi risiko terjadinya kanker rongga mulut adalah faktor genetik atau keturunan. Dari segi usia, terjadinya kanker rongga mulut biasanya pada pasien berusia lebih dari 55 tahun. "Namun ini dapat berubah, seiring bertambah banyaknya infeksi HPV tadi," katanya.
Kartika memastikan bahwa tidak semua kasus kanker rongga mulut bisa dihindari. "Tapi kita bisa mengurangi faktor risiko penyebabnya," ujarnya.
Salah satu caranya adalah menghindari konsumsi rokok dan alkohol. Kemudian, mengonsumsi makanan yang sehat, serta mengurangi paparan langsung terhadap sinar ultraviolet yang merupakan faktor risiko penyebab kanker. (*)
Sumber: DuniaFitness
Open Your Mind
{ 0 komentar... read them below or add one }
Post a Comment