Beberapa hari lalu, Badan Antariksa dan Aeronautika Nasional (NASA) mengatakan badai radiasi matahari tidak membahayakan kehidupan manusia di bumi. Menurut NASA, semburan lidah api dari korona matahari (CME) telah bertabrakan dengan medan magnet bumi pada 24 Januari 2012 lalu. Diperkirakan mencapai magnetosfer bumi yakni selaput magnetik yang menyelimuti bumi.
Menurut NASA lagi nih, badai matahari mempengaruhi pengoperasian satelit dan penyiaran gelombang pendek radio, kelistrikan tapi tidak akan melukai manusia. Makanya, pihak-pihak yang menggunakan teknologi informasi seperti pemerintahan, aparat kepolisian, militer harus menyiapkan diri mengantisipasi dampak buruk tersebut.
Cukup berbahaya saat badai matahari terjadi adalah ketika astronot berada di laboratorium antariksa. Makanya ketika terjadi badai matahari, astronot diminta masuk ke ruang yang aman. Badai matahari juga bisa mengancam penumpang pesawat yang melintasi wilayah Kutub Utara. Pesawat lintas Kutub Utara dialihkan jalurnya hingga badai matahari selesai.
Lantas, apakah badai matahari berpengaruh pada iklim? Apalagi akhir-akhir ini cuaca khususnya di Indonesia tidak menentu. Sebentar hujan deras banget sampai ada wilayah yang terendam, eh di lain waktu malah panasnya nggak ketulungan.
Kalau menurut Profesor Riset Astronomi Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, badai matahari hanya mempengaruhi lingkungan antariksa. Tidak berpengaruh pada kondisi cuaca di bumi. Sebab, kondisi cuaca di bumi karena dinamika atmosfer lokal dan regional.
Sebenarnya, badai matahari bukan peristiwa yang langka. Permukaan matahari selalu diwarnai letupan-letupan, kecil hingga besar. Frekuensinya mulai beberapa kali dalam sehari hingga sekali dalam seminggu. Menurut para ahli, tiap 11 tahun sekali akan terjadi badai yang besar, disebut siklus sebelas tahunan badai matahari.
Adapun orang yang pertama kali mengamati badai matahari adalah Richard Christopher Carrington. Terpisah, Richard Hodgson pada 1859 juga mengamati titik-titik yang tampak lebih terang dibanding permukaan matahari di sekitarnya.
Jadi, apa sikap kita sebagai manusia atas terjadinya fenomena alam ini? Sebagai manusia kita tidak boleh takabur. Apa pun bisa terjadi apabila memang dikehendakinya Nya. Tapi, jangan pula kita malah pesimistif, paranoid dilingkupi ketakutan luar biasa akan terjadi hal-hal yang buruk. Bersikap biasa saja. Toh, fenomena ini adalah bagian dari kehidupan yang sudah digariskan sang Maha Kuasa. Malah di belahan dunia lain, ada yang beruntung bisa menyaksikan aurora di langitnya. Sayang di Indonesia tidak bisa ya. (mrn)
Dampak Badai Matahari:
- Mengganggu radio dan sarana komunikasi
- Berdampak ada sistem kelistrikan
- Penerbangan dan pelayaran yang mengandalkan satelit GPS sebagai sistem navigasi dapat terganggu.
- Muncul aurora
{ 4 komentar... read them below or add one }
nice share om royan....
harusnya ini dibaca sama org2 lebay diluaran sana yg heboh kmrn, timeline twiter n BBMan penuh sama isu hoax badai matahari..hehe
Punya.Tia: Trims Tia, begitulah manusia, memang kebanyakan mudah terpancing, mudah percaya, dan mudah2 lainnya. Hanya sebagian yg bisa memahami makna di balik peristiwa. Nah orang-raong itu adalah pilihan, mungkin Tia salah satunya, he3..
wah bener bang, apapun yg bakalan terjadi itu memang sudah kehendak-Nya, ini ga perlu dibesar2kan apalagi sampai bilang kiamat :D ini siklus yg sering terjadi, aktifitas matahari..
beruntung banget bumi bagian lintang atas bisa menikmati aurora yang luar biasa indahnya. huhuhu
Shvya (StoryTeller): Begitulah, kadang kita lupa sama Sang Pencipta.
Post a Comment