Bagi yang pernah membaca buku dan menotnon film Laskar Pelangi, tentu bisa meraskaan perjuangan Ikal dan Arai untuk mendapatkan beasiswa ke Prancis. Padahal, sesuai setting-nya sekitar 1990-an, saat sangat sulit memperoleh beasiswa ke luar negeri.
Sekarang banyak tawaran beasiswa melanjutkan studi ke luar negeri. Tinggal konsistensi tiap individu untuk mempersiapkan diri dan berupaya merebut peluang tersebut.
Seperti Aisah. Dia berasal keluarga yang ekonominya pas-pasan. Namun, dia bertekat kelak bisa kuliah ke luar negeri. Makanya, begitu tamat SMA, dia memutuskan belajar di pondok pesantren dengan pertimbangan di sana Bahasa Arab dan Inggris diajarkan secara intensif.
Begitu pula ketika meneruskan ke IAIN Antasari, sekalipun ada fakultas lain yang menggratiskan SPP, Aisyah lebih memilih Fakultas Tarbiyah jurusan Bahasa Inggris. Alasannya supaya mampu memperdalam bahasa asing sebagai modal dasar untuk dapat kuliah ke luar negeri. "Selain itu, saya juga banyak bertanya kepada dosen atau siapa saja yang pernah kuliah ke luar negeri, bagaimana dulu cara mereka memperoleh beasiswa," ujarnya.
Menurut Pembantu Dekan I Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin, Dr Mujiburrahman MA, sebenarnya banyak tawaran beasiswa kuliah ke luar negeri. Kalau mau ke Amerika Serikat, ada yang namanya beasiswa Fullbright dan Ford Foundation. Untuk mendapatkan informasi lebih jelas, silakan akses website Aminef. Mereka menawarkan berbagai program studi.
Demikian pula jika mau ke negara-negara lain. Menurut Mujib, ada beasiswa Canadian International Development Agency (CIDA), Australian Development Scholarship (ADS), Stuned (Belanda), Chevening Award (Inggris), DAAD (Jerman) dan lain-lain.
"Sekarang untuk mendapatkan informasi beasiswa sangat mudah, tinggal membuka internet. Kalau mau mencari beasiswa kuliah ke Barat bisa dicari di situs Dikti. Sedangkan untuk kajian keislaman ke Timur Tengah, silakan buka situs Diktis," kata mantan penerima beasiswa Canada dan Belanda ini.
Bahkan, tambah Mujiburrahman, untuk mengunduh formulir pendaftaran pun bisa lewat internet. Beda dengan zaman dulu. Menurut Mujib, di era 1990-an internet belum begitu memasyarakat. Kecuali harus datang ke kedutaan negara bersangkutan.
Formulir juga bisa didapat ketika perwakilan lembaga-lembaga pemberi beasiswa datang ke perguruan-perguruan tinggi, menyosialisasikan program mereka.
Tapi, jumlahnya terbatas. Jadi, kalau mau banyak alternatif dan peluang, disarankan rajin-rajin mencari di internet.
"Syarat pertama dan utama untuk memperoleh beasiswa luar adalah memiliki skor Tes of English Foregn Languange (TOEFL) 550. Kadang skor 500 bisa diterima dengan syarat harus mengikuti kursus Bahasa Inggris dalam jangka waktu tertentu untuk meningkatkan skor. Biasanya kursus tersebut dibiayai mereka," ujar Mujib.
Langkah selanjutnya, mengisi formulir yang disediakan, kadang diminta pula proposal penelitian. Kemudian meminta surat rekomendasi dari dosen pembimbing atau atasan jika aktif di sebuah organisasi. Isinya menerangkan bahwa orang itu memang layak untuk mendapatkan beasiswa.
"Kadang ada pula lembaga pemberi beasiswa yang mensyaratkan tes wawancara, tapi itu tidak semua," ujar Mujib. (mtb)
Kuasai Bahasa Asing
MESKIPUN tawaran beasiswa untuk kuliah ke luar negeri sangat banyak, tapi masih sedikit orang yang memanfaatkan kesempatan tersebut. Umumnya terkendala penguasaan bahasa asing.
"Kesadaran dan minat untuk belajar bahasa asing masih kurang. Kebanyakan menganggapnya sulit, padahal kalau mau sungguh-sungguh belajar dengan tekun, pasti bisa," kata Mujiburrahman.
Pada saat tes TOEFL, yang menjadi penilaian adalah penguasaan kosa kata, tata bahasa, kemampuan membaca dan mendengar dalam Bahasa Inggris.
"Tidak semua tes TOEFL diterima. Di Kalsel tes TOEFL yang diakui yang dilaksanakan Unlam Banjarmasin," katanya.
Mujib sendiri dapat beasiswa ke luar negeri pada 1995 karena ada program pembibitan calon dosen IAIN se-Indonesia dari Departemen Agama RI. Peserta disiapkan secara akademik agar bisa ikut seleksi beasiswa ke luar negeri, baik ke Barat maupun Timur Tengah.
Program yang digagas Menteri Agama saat itu, Munawir S, ditujukan buat alumnus yang berusia muda. "Kami dilatih Bahasa Arab, Bahasa Inggris, wawasan keilmuan serta berbagi pengalaman dengan mereka yang pernah studi di luar negeri. Mereka bercerita, kita bertanya. Sayang, program tersebut kemudian terhenti," ujarnya. (mtb)
-----------------------------------------------------------------
Cara Memperoleh Beasiswa Luar Negeri
* Rajin-rajin mencari informasi lewat internet
* Menguasai TOEFL dengan skor 550
* Mengisi formulir pendaftaran
* Mengajukan proposal penelitian
* Melampirkan surat rekomendasi dari dosen pembimbing atau atasan
* Penguasaan kosa kata
* Tata bahasa
* Kemampuan membaca dan mendengar dalam Bahasa Inggris
* Di Kalsel yang diakui melaksanakan tes TOEFL adalah Unlam
------------------------------------------------------------
{ 2 komentar... read them below or add one }
Info2 beasiswa ini kadang kalo dikampus ngalih nyari infonya,,
urang bahinipan ja,,, :)
Gih,, dulu ada jua kaka angkatan mahasiswa Iain, lakian yg ke Luar negeri :) waktu lun awal2 masuk tuh
@gaptek> bujur tuh sering dkampus tuh ga ada habar lalu tentang beasiswa keluar negeri. kecuali IP x tinggi baru dsuruh oleh dosen ikut test itu.
cuma dosenx z yg tau.
y zaman sekarang dalam bhs inggris kurang ato pendidikan karena kemalasan dr org tertentu.
ya kembali kesadaran masing" z lge seh.
klo soal pendidikan.
maaf klo g nyambung masih newbie neh.hehe
Post a Comment